Friday, October 29, 2004

Menguji Teori Gravitasi Einstein

Berita IPTEK Senin, 25 Oktober 2004, 17:09:56 Wib
Oleh: Agung Waluyo
"Ptolemy menciptakan gambaran alam semesta dan gambaran ini bertahan sampai dua ribu tahun. Newton menciptakan gambaran alam semesta dan bertahan sampai dua ratus tahun. Sekarang Dr. Einstein telah menciptakan gambaran alam semesta yang baru dan tidak seorangpun yang tahu berapa lama gambaran ini bisa bertahan." George Bernard Shaw (1930) Mungkinkah Albert Einstein berbuat kesalahan dalam teori-teori yang pernah disusunnya? Untuk menjawab pertanyaan ini tidaklah mudah. Karena hampir semua teori yang Einstein ajukan telah terbukti melalui eksperimen. Tetapi masih ada satu teorinya yang sampai saat ini masih belum teruji sepenuhnya: teori relativitas umum. Untuk itu sebuah satelit yang bernama Gravity Probe (GP) B telah diluncurkan pada hari Senin 19 April 2004 pukul 10:01 pagi waktu Pasifik dari Markas Angkatan Udara AS Vandenberg, California Selatan. Proyek yang telah mengalami penundaan bertahun-tahun ini bernilai 700 miliun dollar AS. Satelit ini diluncurkan dengan satu tujuan Tujuan utama dari eksperimen ini adalah untuk menguji kebenaran premis utamanya tentang medan ruang dan waktu yang Einstein ajukan sebagai dasar dari teori relativitas umumnya. Satelit GP B yang terdiri dari teleskop dan sistem giroskop ini akan mengelilingi bumi dari kutub utara ke selatan dengan ketinggian 640 km sampai dua tahun. Satelit dengan peralatan yang sangat canggih ini diharapkan bisa mendeteksi pengaruh geometri medan ruang dan waktu di sekitar daerah pengaruh massa bumi Tulisan ini akan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama akan mengakrabkan pembaca dengan teori relativitas umum Einstein, fenomena alam yang diprediksikan sebagai akibat dari teori ini dan eksperimen yang telah dilakukan sebagai konfirmasi prediksi tadi. Bagian kedua membahas lebih jauh eksperimen yang sedang dilakukan dalam proyek GP B untuk membuktikan klaim tentang medan ruang dan waktu.
Dua kejanggalan dalam teori gravitasi Newton
Gravitasi adalah fenomena yang dekat sekali dengan kehidupan kita. Setiap orang bisa merasakannya. Gaya ini bisa dirasakan dan dilihat dalam berbagai bentuk yang berbeda. Ketika kita melenggang pada jalan menurun, tarikan gravitasi akan mempercepat langkah kita. Hal lain yang sangat jelas bagi kita adalah setiap benda yang dilemparkan pasti akan jatuh ke tanah. Namun demikian baru ditahun 1687 gravitasi ini bisa dijelaskan dan dirumuskan ke dalam persamaan matematika sederhana. Orang pertama yang sanggup menjelaskannya adalah Sir Issac Newton. Fisikawan berkebangsaan Inggris ini, berhasil mengungkapkan mekanisme bagaimana dua object bermassa yang berinteraksi dalam gaya tarik-menarik gravitasi. Matahari di dalam solar sistem kita, menurut teori ini, memiliki gaya tarik yang sangat besar jangkauannya sehingga bisa menarik benda-benda angkasa yang bermassa relatif lebih kecil seperti planet, komet, dan asteroid dan melayang pada orbitnya. Baru kemudian di awal abad 20 Einstein menemukan kejanggalan dalam teori gravitasi Newton. Kejanggalannya terletak pada ketidakcocokan teori gravitasi Newton dengan teori relativitas khusus yang diajukan Einstein pada tahun 1905. Dalam teori relativitas khususnya, Einstein berusaha agar teori relativitas khususnya konsisten dengan teori electromagnetik Maxwell. Akibatnya Einstein tiba pada klaim bahwa cahaya memiliki kecepatan sebesar 299,792 km per detik. Bukan hanya itu Einstein mengatakan bahwa kecepatan ini adalah kecepatan absolut. Artinya benda atau energi lain bisa bergerak mendekati kecepatan ini tetapi tidak akan pernah melebihi kecepatan cahaya. Einstein juga melihat ada prinsip fisika lain yang tidak bersesuaian dengan teori gravitasi Newton. Prinsip ini dikenal dengan prinsip ekuivalen. Newton sendiri tidak mengindikasikan bagaimana gaya gravitasi bekerja. Ia hanya mengatakan bahwa gravitasi adalah satu gaya yang ÁÔudah dari sananya¡¦dibawa oleh benda bermassa. Menurut Newton, sebuah benda bermasssa akan mengerjakan gaya tarik kepada benda bermassa lain yang berada dalam jangkauan gaya gravitasi benda yang bermassa lebih besar. Gaya tarik gravitasi itu bekerja dan menjelajah ruang hampa diantara dua benda tadi dalam waktu sesaat. Hal ini bertentangan dengan klaim Einstein bahwa tidak ada energi maupun massa yang bisa memiliki kecepatan melebihi kecepatan cahaya. Mengingat jangkauan gaya gravitasi yang mencapai ribuan bahkan jutaan kilometer, maka gaya gravitasi tidaklah mungkin menjelajah angkasa luar dalam waktu yang singkat. Jika gaya gravitasi bergerak dengan cara yang sama seperti cahaya bergerak, maka Einstein berkesimpulan kecepatan gaya gravitasi bekerja juga tidak boleh melebihi kecepatan cahaya. Dengan jarak jangkauan yang jauh maka jelas gravitasi memerlukan waktu yang panjang untuk menjelajah ribuan bahkan jutaan kilometer. Ambil saja perjalanan cahaya dari Matahari sampai ke planet-planet dalam tata surya. Untuk bumi yang berjarak rata-rata 150 ribu kilometer dari matahari, cahaya yang kita nikmati di bumi ini memerlukan waktu sekitar 8,3 menit untuk tiba dibumi setelah dipancarkan dari permukaan matahari. Sedangkan untuk planet Pluto yang berjarak sekitar 5940 juta kilometer dari matahari, cahaya membutuhkan waktu sekitar 5,5 jam untuk tiba disana. Namun demikian dengan teori gravitasi Newton bentuk dan orbit planet-planet dalam tata surya bisa diprediksikan dengan tepat meskipun perhitungan dilakukan dengan anggapan bahwa gaya gravitasi bekerja dengan sesaat. Jika gravitasi bekerja tidak dalam waktu sesaat, sesuai dengan relativitas khusus Einstein, maka orbit planet ini harus mengalami koreksi. Tetapi jika koreksi Einstein dimasukkan, maka koreksi ini justru memberikan hasil prediksi orbit planet yang tidak sesuai dengan data astronomi. Pertimbangan ini membuat Einstein menyimpulkan adanya mekanisme dalam teori gravitasi yang belum dijelaskan oleh Newton. Kejanggalan kedua yang Einstein temukan berhubungan dengan prinsip ekuivalen. Secara sederhana prinsip ini menggambarkan bahwa semua hukum fisika akan berperilaku sama dalam kerangka acuan mana saja, baik dalam kerangka diam, dalam kerangka yang berjalan dengan kecepatan konstan maupun dengan laju kecepatan yang positif. Misalkan kita berada dalam sebuah pesawat ruang angkasa yang berada di ruang hampa dan pesawat itu bergerak ke atas dengan laju kecepatan yang sama dengan laju kecepatan gravitasi bumi yaitu 9,8 meter per detik kuadrat. Jika ada sebuah buku yang melayang dalam pesawat itu, maka buku itu akan bergerak menuju lantai pesawat dengan laju kecepatan yang sama pula: 9,8 meter per detik kuadrat. Jika buku dengan berat yang sama dilepaskan dari ketinggian tertentu di bumi dalam pengaruh gravitasi bumi, maka buku itu pasti akan jatuh bumi dengan laju kecepatan yang sama pula. Hal penting yang bisa disimpulkan dari percobaan sederhana di atas adalah bahwa gerak buku di dalam pesawat dan gerak buku ketika jatuh di permukaan bumi tidak bisa dibedakan. Apakah buku tadi jatuh karena ditarik gravitasi bumi ataukah hanya sekedar bergerak dengan laju kecepatan yang sama dengan gravitasi bumi. Dengan kata lain gravitasi bisa diciptakan maupun dihilangkan hanya dengan memandang dari kerangka acuan yang berbeda. Jika demikian mungkinkah buku tadi jatuh karena ditarik bumi ataukah sebaliknya permukaan bumi yang bergerak keatas kearah buku tadi dengan laju kecepatan yang sama dengan gravitasi bumi.
Konsep ruang dan waktu yang revolusioner
Kedua kejanggalan ini merupakan kunci bagi Einstein untuk tiba pada konsep gravitasi baru yang revolusioner. Setelah sepuluh tahun bergulat dengan kedua masalah ini, pada tahun 1916 Einstein muncul dengan teori gravitasi baru yang didasarkan pada cara pandang terhadap ruang dan waktu yang sama sekali berbeda dengan cara pandang Newton. Jikalau Newton memandang ruang angkasa sebagai ruang yang kosong, Einstein menganggap ruang angkasa tersebut terbuat dari anyaman medan ruang dan waktu. Teori gravitasi baru ini lebih dikenal dengan nama teori relativitas umum. Jikalau Newton menyarikan teori gravitasi dalam sebuah persamaan saja, Einstein menyarikannya dalam 16 buah persamaan di dalam sebuah persamaan matematik yang ditulis dengan notasi yang dikenal sebagai tensor. Persamaan tadi menghubungkan geometri ruang dan waktu dengan massa dan energi. Medan ruang dan waktu adalah medan 4-dimensi, tiga dimensi berasal dari ruang dan satu dimensi berasal dari waktu. Bentuk susunan anyaman ruang dan waktu ini sangat dipengaruhi oleh distribusi massa atau energi yang berada di dalam medan 4-dimensi ini. Benda angkasa seperti matahari akan melekukkan medan ini. Efek lekukannya bisa dibayangkan seperti lekukkan permukaan kasur karet yang disebabkan oleh bola bowling di atasnya. Sebagai perhatian, gambaran lekukan kasur dua dimensi ini hanyalah untuk menyederhanakan gambaran lekukan 4-dimensi yang sulit dibayangkan. Fenomena ini lebih dikenal sebagai warped space time atau ruang-waktu yang terlekuk. Dalam konsep ini, semakin besar massa benda semakin luas efek lekukan yang terjadi. Karena matahari memiliki massa yang cukup besar, maka efek lekukan medan ruang dan waktu memiliki jangkauan yang jauh menjangkau planet, asteroid atau benda-benda angkasa yang bermassa lebih kecil lainnya. Gerakan planet-planet yang mengorbit matahari bisa dimengerti bukan sebagai efek gaya tarik matahari melainkan karena planet-planet ini bergerak mengikuti kontur medan ruang dan waktu yang terlekuk di sekitar matahari. Dua tahun setelah Einstein mengajukan teorinya tentang medan ruang dan waktu, pada tahun 1918 dua fisikawan berkebangsaan Austria, Joseph Lense dan Hans Thirring, meprediksikan bahwa benda bermassa bisa merubah bentuk medan ruang dan waktu dengan cara yang lain. Mereka mengajukan bahwa setiap planet atau bintang yang berputar pada porosnya akan menyeret anyaman medan ruang dan waktu ke arah kemana planet dan bintang itu berputar. Fenomena ini dikenal sebagai seretan kerangka atau frame-dragging. Bisa jadi Einstein benar, tetapi tidak berarti bahwa teori gravitasi Newton sama sekali salah. Apakah setelah kita memiliki teori gravitasi ala Einstein lalu teori gravitasi Newton bisa ditinggalkan? Tidak! Keduanya harus sama-sama dipegang untuk bisa mengerti alam semesta ini dan fenomena-fenomena di dalamnya. Teori Einstein memang memberikan pengertian kita yang lebih akurat terhadap alam semesta. Namun demikian sampai teori Einstein bisa diuji kebenarannya di lapangan, barulah kita bisa menerima teori ini sepenuhnya.
Test yang telah dilakukan
Ketika mengajukan teorinya Einstein paham benar bahwa orang akan meminta bukti lapangan untuk bisa menerima teori relativitas umumnya. Oleh karena itu ia mengajukan tiga fenomena alam semesta yang bisa dijelaskan dengan menggunakan teori relativitas umum: melekuknya lintasan cahaya, gerak presisi perihelion planet Merkuri, dan pergeseran warna merah akibat gravitasi. Premis utama relativitas umum adalah bahwa semua materi dan energi dipengaruhi oleh medan ruang dan waktu yang terlekuk. Lintasan cahaya termasuk ke dalam kategori ini, sehingga bisa berjalan dalam garis lengkung. Cahaya yang berasal dari bintang yang sangat jauh dan terdeteksi oleh teleskop di permukaan bumi mungkin mengalami fenomena ini. Apalagi ketika cahaya itu melintas berdekatan dengan matahari. Gravitasi matahari yang cukup besar oleh Einstein diprediksikan membelokkan cahaya sejauh 1,75 detik arc. Satu detik arc sama dengan satu per per tiga ribu enam ratus derajat. Untuk mengamati fenomena ini, pengamatan harus dilakukan ketika sebuah bintang menempati lokasi yang dekat dengan matahari. Tetapi dalam kondisi seperti ini cahaya matahari akan menutupi cahaya bintang tersebut. Karenanya pengamatan harus dilakukan pada saat gerhana matahari total. Pada 29 Mei 1919 Sir Arthur Edington memimpin ekspedisi ke Afrika untuk pengamatan sinar bintang saat gerhana matahari total terjadi. Pada 6 November 1919, konfirmasi pembelokan lintasan cahaya yang diprediksikan Einstein dalam ketelitian sekitar 20 persen diumumkan ke dunia. Di antara tahun 1969 sampai 1975 sebanyak dua belas pengamatan dilakukan dengan menggunakan gelombang radio dan menghasilkan pengukuran dengan ketelitian satu persen dibanding dengan prediksi Einstein. Sesuai dengan hukum gerak dan teori gravitasi universal Newton, setiap planet akan bergerak mengelilingi matahari dalam lintasan orbit elips. Posisi terdekat dan terjauh sebuah planet dari matahari dalam lintasan tersebut masing-masing dikenal sebagai perihelion dan apehelion. Jika hanya satu planet yang mengelilingi matahari maka lintasan elips tadi tidak akan berubah, namun karena ada lebih dari satu planet dalam tata surya, planet-planet lain juga memberikan pengaruh gravitasinya yang relatif kecil kepada salah satu planet. Akibatnya orbit sebuah planet dalam tata-surya kita tidaklah statis melainkan bergerak berputar (berpresisi) terhadap Matahari. Dari pengamatan yang dilakukan bertahun-tahun, titik perihelion planet merkuri mengalami total presisi sejauh 574 arc detik setiap satu abad. Namun teori gravitasi Newton hanya memberikan 531 arc detik. Itu berarti masih ada perbedaan sebanyak 43 arc detik. Tidak sedikit alasan yang diajukan untuk menjelaskan angka 43 arc detik ini namun tidak ada yang berhasil menyempurnakan prediksi dengan teori gravitasi Newton ini. Namun dengan teori gravitasinya, Einstein sanggup menjelaskan perbedaan 43 arc detik dan dengan demikian menghasilkan angka yang sesuai dengan data astronomy lapangan. Fenomena terakhir yang diajukan oleh Einstein berhubungan dengan hilangnya sebagian energi cahaya ketika sebuah berkas cahaya keluar dari medan gravitasi sebuah benda angkasa. Ketika sebuah berkas sinar kehilangan sebagian energi, panjang gelombangnya berubah menjadi lebih panjang mengakibatkan warna cahaya tersebut akan bergeser ke arah warna merah. Itulah sebabnya fenomena ini disebut sebagai pergeseran warna merah akibat medan gravitasi. Eksperimen terkenal untuk membuktikan prediksi ini dilakukan oleh R.V. Pound dan G.A. Rebka di universitas Harvard pada tahun 1959 dengan menggunakan teknik yang disebut sebagai efek Mossbauer. Sinar gamma yang dihasilkan oleh elemen radioaktif kobalt dipancarkan dari lantai dasar laboratorium fisika Jefferson di kampus itu. Melalui lubang yang didesain mencapai tingkat teratas laboratorium setinggi 22.5 meter menghasilkan konfirmasi perbedaan frekuensi cahaya yang dihasilkan. Sebuah tes yang lebih akurat dari percobaan di atas adalah yang dilakukan oleh Gravity Probe A (GP A), percobaan yang menggunakan roket, di tahun 1976. Dalam percobaan ini, sebuah jam yang menggunakan cahaya maser-hidrogen dilepaskan dengan menggunakan roket Vessot-Levine. Frekuensi jam ini dibandingkan dengan frekuensi yang terdapat di bumi dan menunjukkan perbedaan yang sesuai dengan prediksi teori relativitas umum Eistein. Sebenarnya ada fenomena lain yang ditemukan oleh fisikawan yang bernama I.I. Saphiro dari universitas Harvard di tahun 1964. Selain mengakibatkan lambatnya waktu berlalu, medan gravitasi juga mengakibatkan semakin memendeknya dimensi panjang yang berarti semakin melambatnya kecepatan cahaya jika berada dalam medan gravitasi. Di tahun 1970, I.I. Saphiro melakukan percobaan dengan signal radar yang dipancarkan dari bumi dan dipantulkan oleh planet Venus dan kembali ke bumi. Melalui eksperimen ini, Saphiro mencatat perlambatan cahaya sebanyak 240 perjuta detik. Hasil ini cocok dengan perhitungan Einstein dengan akurasi 3%. Melihat hasil pengamatan lapangan yang telah dilakukan, sebenarnya masih menyisakan pekerjaan rumah bagi para fisikawan untuk mebuktikan kebenaran teori Eistein. Itulah sebabnya proyek Gravity Probe B (GP B) dibuat dan membutuhkan sekitar 40 tahun untuk merampungkan persiapannya dan akhirnya meluncurkannya. Agung Waluyo adalah peneliti di Center for Nuclear Studies di The George Washington University. Email: waluyoab@gwu.edu (em)

Trend Radio Internet Masyarakat Indonesia di Jepang

Berita IPTEK Selasa, 07 September 2004, 11:55:58 Wib
Pada Hari Ahad, 5 September 2004 diadakan Workshop Media Online yang merupakan salah satu rangkaian acara Temu Ilmiah Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Jepang. Mengemuka pembahasan tentang radio internet. Hadir dalam forum itu wakil dari beberapa organisasi Indonesia di Jepang, yaitu IPDF (Indonesian Policy Dialogue Forum), ISTECS (Institute for Science and Technology Studies), dan komunitas partai (Partai Keadilan Sejahtera) yang memanfaatkan radio online dalam program-programnya. Candra Dermawan, direktur Power Media Communication (sebuah perusahaan hosting) memaparkan perkembangan internet sampai pada strategi pengembangan radio internet. Perangkat untuk radio internet sangat mudah, yaitu PC yang tersambung internet, beberapa software yang mudah didapat dan beberapa alat untuk radio. Radio internet saat ini trend di komunitas Indonesia di Jepang. Sebut saja radio IPDF yang mengudara setiap pekan, radio ISTECS setiap 2 pekan dengan isi dialog dengan para tokoh di bidang Iptek, serta radio partai. Hal ini terutama karena jaringan internet yang murah dengan ADSL, 24 jam bisa online. Berbeda dengan di Indonesia yang perlu uang 1 juta lebih setiap bulan untuk langganan ADSL, di Jepang cukup 3 ribu yen atau sekitar 250.000 rupiah. Portal Berita Iptek juga ikut andil dalam acara itu. Portal ini mengemban misi untuk menggairahkan atmosfer Iptek di Indonesia dengan budaya "sharing" dalam bentuk informasi perkembangan Iptek secara online dan gratis.[]
Kontributor berita: Edy Marwanta, BeritaIptek

Merangsang Pertumbuhan Iptek dengan Informasi Online

Berita IPTEK Sabtu, 04 September 2004, 13:21:40 Wib
Oleh : Anto Satriyo Nugroho

Pada 23 Agustus 2004, bersamaan dengan ulang tahun ke-37 LIPI , diluncurkan jasa publik LIPI berbasis teknologi informasi (http://www.lipi.go.id).¡¡Situs ini bertujuan memasok informasi ilmiah bagi masyarakat Indonesia secara cuma-cuma lewat internet. Layanan yang diperkenalkan terdiri dari 3 jenis : umum, jasa ilmiah dan portal ilmiah. Layanan umum memuat informasi LIPI, layanan jasa ilmiah memuat antara lain jurnal online, informasi HAKI, data base riset, sedangkan portal ilmiah mewadahi bidang fisika, komputasi, energi dan kimia. Keberadaan situs ini merupakan angin segar yang berhembus, di tengah maraknya isu mahalnya pendidikan dan sulitnya melakukan penelitian di Indonesia. Telah umum diketahui bahwa anggaran untuk mendanai kegiatan iptek di Indonesia relatif kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, maupun dibandingkan dengan negara yang lain. Anggaran iptek tahun 2004 hanya 0.05% dari PDB (Rakornas Ristek 2004). Angka ini relatif sangat kecil dibandingkan misalnya dengan negara jiran Malaysia, yang menganggarkan 0.5% dari PDB untuk mendorong pertumbuhan iptek di negeri tersebut. Dari dana 0.05% PDB ini masih dibagi-bagi untuk pengadaan alat dan bahan, sehingga anggaran untuk pengadaan literatur ilmiah akan jauh lebih kecil lagi. Padahal informasi ilmiah yang antara lain berupa jurnal, proseding seminar, merupakan kebutuhan pokok bagi seorangpeneliti di perguruan tinggi maupun industri. Seorang peneliti dituntut untuk rajin mengikuti perkembangan teknologi di bidangnya. Sumber utama adalah jurnal ilmiah, yang jumlahnya ribuan dan diterbitkan di berbagai bidang. Akan tetapi akses terhadap literatur ilmiah memiliki keterbatasan. Tidak semua perpustakaan berlangganan jurnal ilmiah dalam versi cetak, yang cukup lengkap dan memenuhi kebutuhan peneliti. Dalam hal ini keberadaan digital library merupakan solusi yang sangat membantu seorang peneliti untuk menemukan sumber informasi yang diperlukannya. Manfaat terbesar dari digital library ini adalah akses tak terbatas terhadap sebuah artikel ilmiah. Artikel yang berada dalam format elektronik tidak pernah out of print, sedangkan artikel yang terbit dalam versi cetak, seringkali terbatas jumlah terbitannya. Digital library yang dapat diakses online membuat akses terhadap artikel ilmiah pun menjadi lebih mudah. Dengan bermodalkan PC yang terhubung ke internet, sebuah artikel terbaru yang diterbitkan di journal The Institute of Electrical & Electronics Engineers (IEEE) di Amerika, misalnya, dapat diperoleh di Indonesia dalam hitungan detik. Dengan kata lain, informasi online akan menghilangkan kendala geografis, yang selama ini merupakan masalah utama dalam mencari sumber ilmiah. Di negara maju, misalnya di Jepang, informasi online merupakan sumber penting bagi penelitian. Perpustakaan di perguruan tinggi dan lembaga penelitian biasanya berlangganan jurnal elektronik, seperti Nature, Science, atau journal-journal ilmiah yang diterbitkan Elsevier dsb. Selain itu informasi literatur di berbagai perpustakaan di Jepang dapat diketahui dengan layanan NACSIS Webcat. NACSIS Webcat ini merupakan sistem berbasis www, yang dapat mencari database katalog untuk buku, majalah, journal ilmiah dan material yang disimpan di perpustakaan perguruan tinggi di Jepang. Dengan memanfaatkan NACSIS Webcat, seorang peneliti dapat menemukan lokasi dimana artikel ilmiah yang diperlukannya berada. Kalau artikel tersebut tidak terdapat di institusi-nya, dia dapat memesan artikel itu ke perpustakaan lain yang memilikinya. Sehingga peneliti di Jepang memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses literatur ilmiah. Kesempatan akses informasi yang besar ini ternyata memberikan pengaruh lain. Steve Lawrence melaporkan bahwa artikel yang dimuat online memiliki frekuensi rujukan yang lebih tinggi daripada informasi yang dimuat offline. Penelitian yang dimuat dalam majalah ilmiah terkemuka, Nature tahun 2001 (Vol.411, No.6837, halaman 5221), mengamati frekuensi rujukan terhadap sekitar 120 ribu paper ilmiah di bidang komputer, yang dipublikasikan secara offline (versi cetak), maupun yang dapat diakses secara online. Pengamatan yang dilakukan pada publikasi paper ilmiah dalam interval 10 tahun, dari 1989-2000 ini berkesimpulan bahwa paper yang dapat diakses secara online memiliki frekuensi rujukan lebih dari dua kali lipat paper yang tidak dapat diakses secara online. Hal ini berimplikasi, artikel yang dipublikasikan secara online memiliki potensi lebih besar untuk mewarnai perkembangan iptek, karena temuan yang tertulis pada paper tersebut dapat diakses oleh siapa saja. Sebaliknya, sebuah ide yang cemerlang, apabila tidak dapat diakses dengan mudah, akan lebih sedikit mendapat perhatian dari komunitasnya. Sehingga kontribusinya terhadap dunia iptek mungkin kurang dapat dirasakan. Hal ini yang melatar belakangi, dewasa ini banyak peneliti yang memuat publikasinya di situs pribadi, agar dapat dibaca oleh peneliti yang lain. Disamping situs pribadi, ada juga situs yang khusus menerima deposito artikel, misalnya http://citeseer.ist.psu.edu/ yang menerima tulisan di bidang komputer dalam format elektronik (pdf). Situs semacam ini bertujuan untuk meningkatkan diseminasi literatur iptek, sehingga dapat membuat proses pencarian sumber ilmiah berlangsung lebih mudah dan efisien. Hal ini yang kita harapkan akan dapat diwujudkan juga di Indonesia. Dengan membuat sumber ilmiah di Indonesia dapat diakses online, diharapkan berbagai penemuan yang dokumentasinya selama ini tersebar di berbagai publikasi Indonesia, dapat diintegrasikan ke dalam sebuah portal online yang dapat diakses siapa saja. Hal ini sangat penting mengingat komunitas Indonesia di dunia maya cukup besar. Menurut penelitian Onno Purbo porsi diskusi keilmuan di internet berada pada kisaran 19% dari keseluruhan posting di internet. Angka ini termasuk jumlah yang signifikan, dan menempati peringkat kedua setelah posting yang sifatnya silaturahmi (21.9%). Pornografi yang selama ini dikhawatirkan ternyata berada pada prosentase yang lebih kecil, yaitu 12.9%. Penelitian Onno yang dimuat di situs ilmukomputer.com ini, memberikan harapan segar bahwa ternyata perhatian masyarakat terhadap perkembangan iptek cukup besar. Sangat disayangkan bila potensi ini dilewatkan begitu saja, dan kurang mendapat suplai informasi ilmiah karena akses yang terbatas. Komunitas yang haus akan informasi iptek ini diharapkan dapat memanfaatkan secara optimal informasi online yang disediakan oleh LIPI, maupun situs serupa yang dewasa ini mulai menjamur. Dengan demikian, walaupun alokasi dana penelitian dari pemerintah sangat terbatas, diharapkan keberadaan layanan LIPI ini dapat memasok kekurangan informasi yang diperlukan bagi perkembangan iptek di Indonesia.[] Kontributor: Anto Satriyo Nugroho, Peneliti BPP Teknologi. Anggota ISTECS-Japan. Saat ini menjadi Visiting Professor pada School of Life System Science & Technology, Chukyo University of Japan (em)

Thursday, October 28, 2004

Profil Mendiknas Bambang Sudibyo

Bambang Sudibyo telah dilantik hari ini menjadi Menteri Pendidikan Nasional dalam Kabinet Indonesia Bersatu oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, berikut profil Mendiknas baru ini :

Lahir di Temanggung Jawa Tengah 8 Oktober 1952. Beliau salah satu pendiri Partai Amanat Nasional. Guru Besar UGM ini pernah menjabat sebagai menteri keuangan era Presiden Abdul Rahman Wahid. Gelar sarjana ekonomi didapat dari UGM, sedangkan S2 dan S3 diraih dari Amerika Serikat

Bambang Sudibyo pernah menjadi anggota MPR dari Utusan Golongan mewakili ISEI, anggota Tim penasehat khusus presiden, anggota kabinet kebijakan publik kementerian Pendayagunaan BUMN dan pernah juga duduk sebagai Komisaris PTPN X

Sumber : http://www.detiknews.com

Serah Terima Jabatan Mendiknas

Mendiknas Bambang Sudibyo, Penuntasan Wajib Belajar Akan Diselaraskan Kenaikan Anggaran

Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo menegaskan, program wajib belajar sembilan tahun yang telah berjalan selama ini akan menjadi bagian dari prioritas kebijakannya dalam lima tahun ke depan. Layanan pendidikan dasar tak bisa diabaikan karena merupakan kebutuhan mendasar warga negara, sebagaimana yang diamanatkan oleh konstitusi.

Berkaitan dengan target ketersediaan anggaran untuk penuntasan program wajib belajar tahun 2008, ia berjanji akan menyeleraskannya dengan kenaikan anggaran pendidikan secaara bertahap, sampai terpenuhinya porsi 20 persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Hal itu dikemukakan Bambang Sudibyo kepada pers, Kamis (21/10) petang, seusai serah terima jabatan Mendiknas dari pejabat lama Abdul Malik Fadjar kepada dirinya di Gedung Depdiknas, Jakarta.

Sebelumnya, pada acara serah terima jabatan, Bambang Sudibyo berjanji akan memperjuangkan terus kenaikan anggaran pendidikan secara bertahap dengan melakukan pendekatan kepada Menteri Keuangan. Tentu saja, katanya, perjuangan itu disesuaikan dengan kondisi keuangan negara secara keseluruhan.

Ia menyebutkan, saat ini anggaran pendidikan dari APBN masih sekitar Rp 20 triliun atau sekitar 5,5 persen dari total APBN. Demi memperluas jangkauan dan mutu layanan pendidikan, Bambang akan mengupayakan agar tahun 2005 ada tambahan anggaran pendidikan dari APBN sekitar lima persen lagi, sehingga mencapai sekitar 10 persen dari total APBN. Namun, ia menekankan bahwa hal itu bergantung pada asumsi-asumsi perbaikan pertumbuhuhan ekonomi. Apalagi sektor-sektor lain pun membutuhkan kenaikan anggaran.

Lebih jauh tentang penyedian anggaran pendidikan yang bersumber dari APBN, ia mengatakan senantiasa melakukan sinkronisasi dengan kebijakan fiskal yang ditempuh Menteri Keuangan. "Sebagai mantan Menteri Keuangan, saya tidak mungkin bisa dikibuli," ucap Bambang disambut gemuruh tawa jajaran pejabat teras Depdiknas dan tamu undangan.

Di antara undangan tampak mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan dan Wardiman Djojonegoro serta mantan Mendiknas Yahya Muhaimin. Hadir pula Rektor Universitas Negeri Jakarta Prof Dr Sutjipto dan Ketua Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Arief Rachman.

Strategi kebijakan

Tentang strategi apa yang hendak diterapkannya selaku Mendiknas, Bambang belum bisa menguraikannya secara konkret sebelum melakukan komunikasi dengan jajaran Depdiknas. Apalagi ketika ditanya tentang gebrakan yang ditempuhnya selama 100 hari pertama sebagai Mendiknas.

"Saya diminta menjabat Mendiknas untuk masa waktu lima tahun. Terlalu dini untuk memproyeksikan kebijakan dalam 100 hari," katanya. Yang pasti, lanjut Bambang, sesuai kontraknya bersama dengan presiden, ia akan menjalankan prinsip pemerintahan yang bersih, berwibawa, dan bebas KKN.

Akan tetapi, pada sejumlah hal tertentu yang bersifat strategis, Bambang tetap berusaha memberikan jawaban secara garis besar. Misalnya, ia menjelaskan tentang orientasi layanan pendidikan dasar-menengah dan pendidikan tinggi kepada masyarakat Indonesia yang sangat beragam dalam strata sosial-ekonomi. Menurut Bambang, layanan pendidikan dasar dan menengah harus mengutamakan keterjangkauan kepada semua lapisan masyarakat. Mereka yang tidak mampu dari segi keuangan akan dibantu oleh negara melalui mekanisme subsidi silang. Sementara yang mampu dari segi keuangan diharapkan tidak bergantung lagi pada negara.

"Jangan sampai yang mampu dihalang-halangi untuk terus maju mengejar mutu," katanya.

Ia menekankan, anggaran negara untuk pendidikan dasar dan menengah harus lebih tinggi dari anggaran untuk pendidikan tinggi. Pasalnya, yang mengenyam pendidikan tinggi rata-rata sudah siap menghadapi konsekuensi biaya.

"Tentu saja terhadap mahasiswa yang tidak mampu, akan tetap diusahakan subsidi Silang," katanya.

Bambang mengingatkan, perkembangan paradigma pendidikan harus diwaspadai agar tidak terjebak pada teori ekonomi neoklasik. Teori yang dimaksud menempatkan manusia sebagai alat-alat produksi, di mana penguasaan iptek nantinya lebih bertujuan menopang kekuasaan dan kepentingan kapitalis.

Ia mengatakan, pihaknya akan membawa paradigma pendidikan yang tidak sekadar menempatkan manusia sebagai alat produksi. Manusia harus dipandang sebagai sumber daya yang utuh.

"Saya akan membawa pendidikan sebagai proses pembentukan manusia Indonesai seutuhnya," papar Bambang.

Oleh karena itu, ia menekankan setidaknya ada tiga hal yang harus diperkuat, yakni penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, dan etika. Ketiga hal itu harus dilengkapi nilai-nilai keteladanan.

Titipan malik Fadjar

Abdul Malik Fadjar dalam sambutan perpisahannya mengatakan bahwa kebijakan yang ia tempuh selama ini telah mengacu pada sistem yang baku, termasuk sesuai Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bahwa terjadi kritikan selama ini, itu tidak mungkin dimungkiri sebagai bagian dari dinamika.

"Mereka yang mengkritik justru tak jarang dari orang-orang yang juga ahli kependidikan," papar Malik.

Malik juga menitipkan, selama ini di Gedung Depdiknas telah dirintis perpustakaan yang bisa diakses oleh siapa saja. "Kita berharap, orang yang berkunjung ke sini bisa memanfaatkannya. Jangan sampai orang ke sini hanya karena urusan kenaikan pangkat," ujar Malik Fadjar. (NAR) Kompas Jumat, 22 Oktober 2004


--------------------------------------------------------------------------------

Mendiknas Janji Naikkan Dana Pendidikan

Mendiknas Bambang Sudibyo pesimis anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN/APBD bisa terwujud.

Namun, menteri di Kabinet Indonesia Bersatu ini berjanji akan berupaya menaikkan anggaran pendidikan 2005, agar lebih besar dari tahun sebelumnya.

Berdasarkan catatannya anggaran pendidikan saat ini masih sekitar 5,5% dari APBN atau sekitar Rp20,5 triliun. Jumlah adalah nilai yang paling besar dibanding dengan pos untuk anggaran lain.

Tetapi, dibanding dengan luasan bidang yang dicakupnya nilai masih sangat kurang dan belum proporsional. Oleh karena itu, dia akan meminta kepada menteri keuangan, agar anggaran pendidikan nantinya lebih besar lagi sesuai dengan peningkatan fiskal dari waktu ke waktu.

Bambang Sudibyo usai acara serah terima jabatan dengan Mendiknas Kabinet Gotong Royong, A Malik Fadjar di Depdiknas, Jakarta, kemarin, berjanji menghitung ulang APBN untuk sektor pendidikan.

Sebetulnya, untuk 2005 anggaran pendidikan bisa ditambah Rp20 triliun, sehingga persentasenya mencapai total 10% dari total anggaran pendidikan.

"Saya ingin pastikan dulu target mereka berapa persen dan saya tidak akan terima jika hanya 5,5%. Secara politis, hal ini untuk menunjukkan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)- Jusuf Kalla (JK) memang pro rakyat dengan memenuhi janji," katanya.

Ia mengatakan, seharusnya dari tahun ke tahun ada kenaikan anggaran untuk pendidikan sehingga sampai lima tahun ke depan kenaikan mencapai berapa persen apakah sudah sesuai dengan amanat undang-undang yakni sebesar 20% baik di tingkat pusat maupun daerah.

Bambang mengatakan, dalam dunia pendidikan saat ini ada dua masalah terkait dengan masalah pemerataan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan.

"Sudah menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk melaksanakan pemerataan pendidikan karena pendidikan yang menjadi hak masyarakat baik yang lemah secara intelektual maupun secara finansial," katanya.

Pemerintah wajib menyelenggarakan pemerataan pendidikan sekalipun memang untuk mencapai tersebut dihadapkan pada kendala pembiayaan yang sangat berat.

"Saya ingin tegaskan bawah pemerintah memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan pendidikan kepada semua warga negara baik mereka bodoh secara intelektual maupun miskin secara finansial," katanya.

Bambang menilai saat ada persoalan antara pendidikan dan mutu yang belum berjalan secara sinkron, sebab prinsip pemerataan pendidikan tidak memandang adanya perbedaan kaya miskin atau pintar bodoh. Sementara di sisi lain adanya permasalahan mutu pendidikan yang harus ditingkatkan.

"Saya ingin ke depan secara bertahap antara pemerataan pendidikan dan peningkatan mutu bisa dibangun bersama, sehingga masalah buta huruf dan putus sekolah bisa dikurangi sementara di sisi lain kita mampu menghasilkan SDM berkualitas yang mampu bersaing di dunia global," katanya.

Sebuah gambaran ironis bahwa kenyataan mayoritas peserta didik pada kelompok pendidikan dasar dan menengah yakni sekitar 85% memiliki alasan bersekolah, karena kewajiban sehingga sekolah menjadi hal yang tidak menyenangkan bagi peserta didik, katanya.

"Saat ini kita perlu menjadikan pendidikan tidak sekadar hanya sebuah kewajiban tetapi peserta didik memiliki orientasi pada tahap peningkatan mutu. Hal tersebut bisa dicapai dengan mekanisme pemerintahan dan manajemen yang jujur, bersih dan bertanggung jawab," tambahnya

Sedangkan menyangkut visi pendidikan ke depan, Bambang menilai orientasi pendidikan saat ini telah salah kaprah. Pendidikan saat ini lebih mengarah pada pengetahuan sains hal ini sebagai hasil dari teori neoekonomi yang menjadikan SDM itu sebagai bagian dari proses produksi. sehingga merek a yang memiliki manusia sebagai faktor produksi yang mengatur semuanya. Teori ini memunculkan kapitalisme dan menjadi manusia hanya sebagai robot-robot produksi.

Sudibyo berjanji akan mengubah visi pendidikan semacam ini, ia ingin agar pendidikan nantinya akan menjadikan manusia Indonesia sebagai bangsa yang bermartabat, beretika, berestetika, dan berkepribadian.

Pendidikan itu bukan berarti menjadikan manusia Indonesia yang pintar fisika, matematika, dan ilmu sejenis lainnya," kata dia. (Hru/B-5) Media Indonesia Jum'at, 22 Oktober 2004

Sumber : www.depdiknas.go.id

Selamat Datang di Weblog SMKN 1 Kuta Selatan

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , atas segala karunia dan kesempatan yang diberikan sehingga kita dapat menyaksikan dan merasakan kehidupan di dunia yang sangat maju dan pesat perkembangan teknologinya.Kemajuan yang dicapai saat ini, tidak terlepas dari berbagai usaha yang telah dilakukan pada masa-masa lalu. dan keberhasilan saat ini merupakan pijakan untuk lebih berhasil dan maju di masa yang akan datang . Satu hal yang patut untuk kita garisbawahi adalah , apapun bentuk kemajuan yang telah maupun akan dicapai, hal itu haruslah dapat memberikan nilai tambah kepada kualitas kehidupan di dunia ini . Lebih-lebih di Indonesia yang kita cintai ini, kemajuan yang diperoleh harus dapat menjaga kelestarian alam, budaya dan memberikan semangat kepada generasi - generasi mendatang. Hal itu tentunya dapat tercapai apabila langkah maju di bidang teknologi tetap dilandasi oleh budi pekerti dan hati nurani untuk menjadikan hidup lebih baik secara universal.
Kami di SMKN 1 Kuta Selatan, mencoba ikut memanfaatkan kemajuan teknologi untuk berbagi informasi khususnya informasi di bidang pendidikan , ilmu pengetahuan dan teknologi melalui Weblog SMKN 1 Kuta Selatan.
Visi kami : menghasilkan tenaga kerja dan wirausahawan yang unggul, profesional , dan berbudaya luhur dan produk serta jasa yang memenuhi standar pasar.
Motto kami : Trampil untuk Mandiri

Kuta Selatan, 28 Oktober 2004
Kepala SMK Negeri 1 Kuta Selatan
Drs.I Ketut Widia Astika