Wednesday, June 28, 2006

Pemerintah Putuskan Tetap tidak Ada UN Ulangan

Penulis: Edwin Tirani

JAKARTA--MIOL: Pemerintah memutuskan tetap tidak melakukan ujian nasional ulangan bagi siswa yang gagal pada Tahun Ajaran 2005/2006 ini, meski desakan untuk itu sangat kuat.

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo mengatakan keputusan tersebut telah melalui pengkajian yang masa dan setelah mempertimbangkan segala sesuatunya dan rekomendasi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

"Setelah dikaji masak-masak baik positif maupun negatifnya Depdiknas, dalam hal ini pemerintah tidak mengadakan UN ulangan," ujar Mendiknas Bambang Sudibyo saat rapat kerja dengan Komisi X DPR di Jakarta, Selasa (20/6).

Dia mengakui keputusan itu juga termasuk telah mempertimbangkan aspirasi untuk diadakannya UN ulangan ini sangat kuat, termasuk dari kalangan anggota Komisi X DPR maupun aspirasi dari luar DPR.

Kepala Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Bambang Suhendro, sebelumnya, mengatakan BSNP merekomendasikan kepada pemerintah, agar tetap melaksanakan ketentuan peraturan Mendiknas No 20/2005, yaitu untuk tahun pelajaran 2005/2006 UN dilaksanakan sekali.

Pertimbangannya, rata-rata terjadi kenaikan presentase kelulusan. Misalnya, untuk SMA dari 80,76 pada UN 2004/2005 menjadi 92,50 pada UN 2005/2006. Untuk Madrasah Aliyah (MA) dari 80,37 menjadi 90,82. SMK dari 78,29 pada UN 2004/2005 menjadi 91,00 pada UN 2005/2006.

Untuk setiap mata pelajaran yang diujikan di UN SMA/MA/SMK juga rata-rata meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Untuk SMA, bahasa Indonesia meningkat dari 6,57 menjadi 7,52. Bahasa Inggris dari 6,12 menjadi 7,54, dan Matematika/ekonomi/bahasa Asing 6,54 menjadi 6,94.

Untuk MA, bahasa Indonesia meningkat dari 6,46 menjadi 7,18, bahasa Inggris dari 5,96 menjadi 7,16, dan matematika/ekonomi/bahasa Asing dari 6,44 menjadi 6,72. Untuk SMK, bahasa Indonesia meningkat dari 6,13 menjadi 6,82, bahasa Inggris dari 5,61 menjadi 6,67, dan matematika dari 6,65 menjadi 6,98.

Oleh karena itu, kata Bambang Sudibyo, pihaknya memutuskan untuk tidak melakukan UN ulangan. Bagi, mereka yang gagal di UN ini bisa ikut ujian dalam paket C (kesetaraan untuk tingkat SLTA) pada Oktober mendatang.

Sebab, dalam UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pendidikan nonformal dan pendidikan formal itu memungkinkan saling bersinggungan secara bersilang. Oleh karena sudah ada dalam sistem siswa yang gagal bisa saja ikut ujian melalui paket C. Nilai dan kualitasnya sama saja dengan ujian di pendidikan formal.

"Mereka yang gagal ini hanya tinggal ujian di mata pelajaran yang tidak lulus saja," katanya.

Ujian paket C ini lebih cepat ketimbang harus mengulang di kelas 3 kembali selama setahun.

Mendiknas mengakui dalam suatu sistem pasti ada saja yang gagal. Kasus siswa yang sudah diterima melalui jalur Penelusuran Minat dan Bakat (PMDK) di perguruan tinggi seperti Universitas Brawijaya, Universitas Padjajaran, dan Institut Pertanian Bogor terpaksa harus menunggu, karena begitu ketentuannya.

"Persyaratan untuk diterima di perguruan tinggi harus lulus SLTA, mesti UN bukan satu-satunya syarat kelulusan," ujarnya.

Sementara itu, sebanyak 35 orang tua dan siswa yang gagal dalam UN tahun ini mendatangi Komisi X DPR tatkala rapat kerja dengan jajaran Mendiknas. Mereka ingin melihat langsung perdebatan para wakil rakyat dengan pemerintah soal UN.

Mereka diterima dan menyampaikan tuntutannya agar ada UN ulangan tahun ini, dan tahun depan UN ditiadakan kepada Ketua Komisi X DPR Zuber Safawi saat rehat raker Komisi X DPR dengan Mendiknas.

Pertimbangannya, melanggar hak-hak azasi siswa. Misalnya, Bayu, siswa Negeri 71 Jakarta dalam UN untuk mata pelajaran matematika memperoleh nilai 4. Sedangkan, bahasa Inggris 9,2 dan bahasa Indonesia 8,8 terpaksa harus gugur. Padahal Bayu sudah diterima di Unibraw.

Contoh lainnya, Melati, siswi SMA 6 Jakarta, juga gagal di matematika dengan nilai 4. Padahal, dia sudah diterima salah satu Universitas di Jerman dengan beasiswa.

Tak jauh berbeda dengan siswi SMA PB Sudirman, Condet, Jakarta Timur Siti Hapsyah yang sudah diterima di IPB melalui jalar PMDK matematikanya dapat nilai 4.

"Saya harus tunggu tahun depan untuk kuliah," ujarnya sambil menangis. (Win/OL-02).

sumber : www.depdiknas.go.id

No comments: