Wednesday, June 28, 2006

Program Paket C Bagi Siswa Gagal UN Bisa Diselenggarakan di Sekolah

Penulis: Edwin Tirani

JAKARTA--MIOL: Program kesetaraan Paket C bagi siswa SLTA yang gagal ujian negara (UN) seyogyanya bisa dilaksanakan di sekolah asal masing-masing. Namun, modul dan buku-buku penunjangnya dipasok instansi tersebut.

"Itu saran kami, agar program Paket C yang reguler, tidak terabaikan dengan masuknya siswa-siswa yang tidak lulus UN ini ke Paket C," kata Direktur Kesetaraan Pendidikan Luar Sekolah, Departemen Pendidikan Nasional (PLS Depdiknas) Ella Yulailawati di Gedung Depdiknas, Jakarta, Senin (26/6).

Pertimbangan ini juga menyangkut anak-anak yang biasa berada di sekolah formal ini barangkali belum familiar dengan lembaga-lembaga pendidikan kesetaraan Paket C. Misalnya, di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), di seluruh Indonesia ada sebanyak 1.500 PKBM. Kemudian, Kelompok Belajar, lembaga kursus, atau sekolah rumah.

Perempuan yang baru tiga tahun di Direktorat Kesetaraan PLS Depdiknas ini mengatakan biaya untuk UN Paket C ini ditanggung negara. Namun, dalam programnya membutuhkan buku-buku mata pelajaran dengan kurikulum 2004 berbasis kompetensi.

"Siswa yang tidak lulus UN itu hanya membayar bukunya Rp150.000 untuk enam buku," katanya.

Ujian paket ini diadakan di sekolah dan tutornya guru siswa itu di sekolah mereka. Namun, dia menegaskan kalau programnya diselenggarakan PKBM dan sejenis biayanya juga tidak sampai sebesar Rp1 juta selama tiga bulan pelaksanaan program tersebut.

Tahun depan, dia merencanakan dua kali UN dalam kaitan mengantisipasi kemungkinan problem seperti anak-anak gagal UN di pendidikan formal beralih ke program paket. Misalnya, UN tahap pertama pada Maret dan yang yang kedua pada Juli.

Dia mengatakan program paket C ini sama persis dengan pendidikan formal baik kurikulum maupun lama belajarnya selama tiga tahun. Namun, proses pembelajarannya lebih mandiri. Namun, seminggu tiga kali diadakan tatap muka dengan tutornya, dengan waktu yang disesuaikan dengan waktu luangnya siswa, umumnya malam hari.

Pada umumnya, sekitar 70 yang belajar di Paket C ini memang mereka yang sudah bekerja. Sisanya, 30 lagi mereka yang akibat suatu hal terpaksa berhenti. Misalnya, hamil, kalau pelajar putri.

Adalah kalangan eksekutif kelas yang super sibuk dan tidak mungkin melakukan proses pembelajaran di sekolah formal, di antara yang memanfaatkan program ini. Mulai dari artis, anggota DPRD, bupati, dan pengusaha yang ingin melengkapi pengetahuan dan ijazahnya.

Program paket ini sejak 1991, sejak dihilangkannya sekolah persamaan. Namun, untuk Paket C dimulai 2001. Program ini sudah meluluskan banyak siswa. Pada Mei lalu saja yang ikut UN dan ujian Sekolah (US) sebanyak 28.000 dari berbagai paket.

Mulai dari Paket A setara SD, Paket B setara SLTP, dan Paket C setara SLTA. Untuk paket C yang ikut UN Mei lalu sebanyak 190.000. Di antaranya, diterima di perguruan-perguruan negeri terkemuka di Indonesia, seperti ITB, Universitas Negeri Malang, dan sebagainya.

Ella yang 20 tahun bergelut di Pusat Kurikulum Depdiknas ini mengatakan program paket A dan B tersebar di seluruh kecamatan. Sedangkan, Program Paket C banyak terdapat di ibu kota kkabupaten/kota dan provinsi. Sekarang ini lebih banyak yang mengambil jurusan IPS ketimbang jurusan IPA. Total peserta program ini 58.000 siswa mulai dari A, B, dan C.

Dia mengakui banyak juga belum sesuai harapan penyelenggarakan program tersebut. Namun, banyak juga yang benar-benar berkualitas. Ke depan, program ii akan kelola lebih baik lagi, sehingga benar-benar bisa menghasilkan lulusan bermutu. Antara lain, di Jakarta di kawasan Tebet, Jl Bangka, Kemang, dan sebagainya. (Win/OL-02).

sumber : www.depdiknas.go.id

No comments: